1Riwayat Singkat Abu Nawas 1.1 Perihal Kelahiran Beliau 1.2 Riwayat Hidup Beliau Ketika Kecil 1.3 Kematian Beliau 1.4 Syair Doa Abu Nawas Al-I'tiraf 1.5 Syair Do'a Abu Nawas-I'tirof Dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia Riwayat Singkat Abu Nawas Perihal Kelahiran Beliau Nama aslinya ialah Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Adakalanya Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang melalui dosa-dosanya, dan menghinakan seseorang justru dengan amal tabi’in, Sa’id bin Jubair, berkata bahwa ini terjadi ketika seorang hamba bangga akan amalannya sehingga kesombongan menjauhkannya dari Rahmat Allah. Sementara perasaan hina karena banyaknya dosa dapat membuat seorang hamba bersimpuh, lunak hatinya, dan bertaubat sehingga Allah mengampuni kemudian Allah berkata dalam hadis qudsi, “Kalau kalian tidak berdosa maka Allah akan menjadikan kalian sirna, lalu Allah mendatangkan suatu kaum yang mereka berdosa lalu mereka bertaubat kepada Allah lalu Allah mengampuni mereka.” HR. Muslim.Abu Nawas, misalnya, adalah penyair masyhur di era kerajaan Abbasiyah dengan kehidupan hedonis seperti dikesankan dalam hikayat “100 Malam” Alfu Lailatin wa Lailah. Abu Nawas memang gemar meminum khamr sampai-sampai beliau menulis syair tentang sensasi meminum khamr berjudul khamriyyat. Ia juga gemar bersenang-senang dengan banyak wanita dan dianggap sebagai seorang zindiq. al Bidayah wa Nihayah, Ibnu Katsir, 14/73.Meski terjerumus dalam kubangan maksiat, Abu Nawas sempat menuntut ilmu agama, yakni ilmu Al Qur’an, ilmu hadis, dan sastra Arab melalui sejumlah ulama. Setelah hidayah Allah, besar kemungkinan taubatnya Abu Nawas ditengarai oleh manfaat ilmu agama yang pernah dipelajarinya. Sisi lain dari Abu Nawas inilah yang tidak sepopuler reputasinya sebagai penyair eksentrik dan gemar Abu Nawas, Abu Khalikan, menuturkan dalam Wafiyatul A’yan 2102 bahwa sebelum wafatnya, Abu Nawas menulis bait-bait syair yang ia sembunyikan di bawah bantal. Ibnu Khalikan mengaku bertemu Abu Nawas dalam mimpi dimana ia berkata, “Wahai Abu Nawas, apa balasan Allah terhadapmu?”Abu Nawas menjawab, “Allah Mengampuni dosaku karena beberapa bait syair yang kutulis saat aku sakit sebelum wafat, syair itu berada di bawah bantalku.”Abu Khalikan kemudian mendatangi kediaman keluarga Abu Nawas dan benar saja, ia menemukan secarik kertas berisi syair di bawah sebuah bantal. Di antara penggalan bait syair terakhir yang ditulis Abu Nawas berbunyiJika yang memohon kepada-Mu hanya orang yang baik-baik saja,Lalu kepada siapakah orang yang jahat akan memohon?Aku tidak mempunyai wasilah kepada-Mu kecuali sebuah pengharapan,Juga bagusnya pintu maaf-Mu, kemudian aku pun seorang seorang muslim terjatuh ke dalam kubangan dosa dan maksiat berulang kali, pintu taubat selalu terbuka baginya sebelum maut menjemput atau Hari Kiamat seseorang yang membawa amalan sepenuh bumi namun ia menghadap Allah sebagai pelaku kesyirikan, maka amalannya sia-sia belaka QS. Az Zumar 65 dan ia kekal selamanya di dalam penderitaan QS. Al Maidah 72.Semoga Allah mengampuni Abu Nawas rahimahullah dan kaum muslimin seluruhnya. [] Sejakmendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh glamor dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah. Konon, sebelum mati ia minta keluarganya mengkafaninya dengan kain bekas yang lusuh. Agar kelak jika Malaikat Munkar dan Nakir
UTARA TIMES – Berikut ini uraian cerita Abu Nawas yang membuat Imam Syafi’i menangis saat membaca syair terakhirnya sebelum meninggal. Abu Nawas memang sosok yang terkenal dengan kekonyolannya. Tetapi ternyata saat di hari kematiannya Abu Nawas, membuat Imam Syafi'i menangis sejadi-jadinya. Dikisahkan bahwa pada awalnya, Imam Syafi'i enggan untuk menyolati jenazah Abu Nawas. Semasa hidupnya, Abu Nawas bukan hanya sering berkelakar tetapi juga terkadang keluar ucapan yang nyeleneh. Imam Syafi’i kurang begitu suka dengannya. Baca Juga Kisah Lucu Abu Nawas Dijahili Pendeta dan Ahli Yoga Saat Melakukan Perjalanan Suci Abu Nawas pernah membuat satu syair tentang khamr, yang bikin Raja Harun al-rasyid murka. Isi syairnya adalah sebagai berikut. “biarkan masjid diramaikan oleh orang-orang yang rajin ibadah, kita di sini saja bersama para peminum khamr dan saling menuangkan, Tuhanmu tidak pernah berkata celakalah para pemabuk, tapi dia pernah berkata celakalah orang-orang yang shalat.” Karena syair tersebut, raja Harun al-rasyid sangat marah sampai-sampai ia ingin memenggal Abu Nawas. Bagaimana tidak, isi syair tersebut dianggap sebagai syair yang menyesatkan seolah seorang pemabuk lebih mulia daripada orang yang shalat. Tetapi salah satu penasehat istana memberikan pengertian kepada raja Harun al-rasyid, “Wahai Paduka yang mulia, para penyair mengatakan apa-apa yang tidak mereka lakukan, maka maafkanlah dia”
Suatucerita yang sangat terkenal tentang penyair Abu Nuwas yaitu teori belajar yang spesial untuknya, setiap kali ia telah menghafalkan dengan baik syair tertentu maka gurunya Khalaf Ahmar memintanya untuk melupakannya maka yang terjadi adalah ia mengingatnya dengan baik. Setelah itu ia dititipkan pada seorang peramu minyak wangi dengan tugas
Oleh Wisnu Tanggap Prabowo Pengajar Program Matrikulasi STEI Tazkia, Bogor. Pengajar LBPP LIA. Penulis Aviasi ADAKALANYA Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang melalui dosa-dosanya, dan menghinakan seseorang justru dengan amal kebaikannya. Seorang tabi’in, Sa’id bin Jubair, berkata bahwa ini terjadi ketika seorang hamba bangga akan amalannya sehingga kesombongan menjauhkannya dari Rahmat Allah. Sementara perasaan hina karena banyaknya dosa dapat membuat seorang hamba bersimpuh, lunak hatinya, dan bertaubat sehingga Allah mengampuni kemudian memuliakannya. Bahkan Allah berkata dalam hadis qudsi, “Kalau kalian tidak berdosa maka Allah akan menjadikan kalian sirna, lalu Allah mendatangkan suatu kaum yang mereka berdosa lalu mereka bertaubat kepada Allah lalu Allah mengampuni mereka.” HR. Muslim. Abu Nawas, misalnya, adalah penyair masyhur di era kerajaan Abbasiyah dengan kehidupan hedonis seperti dikesankan dalam hikayat “100 Malam” Alfu Lailatin wa Lailah. Abu Nawas memang gemar meminum khamr sampai-sampai beliau menulis syair tentang sensasi meminum khamr berjudul khamriyyat. Ia juga gemar bersenang-senang dengan banyak wanita dan dianggap sebagai seorang zindiq. al Bidayah wa Nihayah, Ibnu Katsir, 14/73. Meski terjerumus dalam kubangan maksiat, Abu Nawas sempat menuntut ilmu agama, yakni ilmu Al Qur’an, ilmu hadis, dan sastra Arab melalui sejumlah ulama. Setelah hidayah Allah, besar kemungkinan taubatnya Abu Nawas ditengarai oleh manfaat ilmu agama yang pernah dipelajarinya. Sisi lain dari Abu Nawas inilah yang tidak sepopuler reputasinya sebagai penyair eksentrik dan gemar hura-hura. Sahabat Abu Nawas, Abu Khalikan, menuturkan dalam Wafiyatul A’yan 2102 bahwa sebelum wafatnya, Abu Nawas menulis bait-bait syair yang ia sembunyikan di bawah bantal. Ibnu Khalikan mengaku bertemu Abu Nawas dalam mimpi dimana ia berkata, “Wahai Abu Nawas, apa balasan Allah terhadapmu?” Abu Nawas menjawab, “Allah Mengampuni dosaku karena beberapa bait syair yang kutulis saat aku sakit sebelum wafat, syair itu berada di bawah bantalku.” Abu Khalikan kemudian mendatangi kediaman keluarga Abu Nawas dan benar saja, ia menemukan secarik kertas berisi syair di bawah sebuah bantal. Di antara penggalan bait syair terakhir yang ditulis Abu Nawas berbunyi Jika yang memohon kepada-Mu hanya orang yang baik-baik saja, Lalu kepada siapakah orang yang jahat akan memohon? Aku tidak mempunyai wasilah kepada-Mu kecuali sebuah pengharapan, Juga bagusnya pintu maaf-Mu, kemudian aku pun seorang muslim. Meskipun seorang muslim terjatuh ke dalam kubangan dosa dan maksiat berulang kali, pintu taubat selalu terbuka baginya sebelum maut menjemput atau Hari Kiamat tiba. Sebaliknya, seseorang yang membawa amalan sepenuh bumi namun ia menghadap Allah sebagai pelaku kesyirikan, maka amalannya sia-sia belaka QS. Az Zumar 65 dan ia kekal selamanya di dalam penderitaan QS. Al Maidah 72. Semoga Allah mengampuni Abu Nawas rahimahullah dan kaum muslimin seluruhnya. []
Abu Nawas Al-hasan ibn Hani Al-hakami dikenal sebagai Abu Nawas, adalah seorang penyair tersohor Arab klasik. Dia juga dikenal sebagai master dari semua genre puisi Arab kontemporer. Namun, tradisi cerita rakyat ternyata juga dia rambah, seperti yang muncul beberapa kali dalam Seribu Satu Malam.
AnalisisSyair "Taubat" Abu Nawas. 4/26/2014. 0 Comments. I. PENDAHULUAN. a. Latar belakang masalah. Mendengar nama Abu Nuwas, Muslim Indonesia dibetot oleh pandangan awal bahwa ia adalah seorang yang jenaka dan penuh kelakar. Sebuah dongeng yang sering dituturkan oleh orang-orang tua Muslim terhadap anak-anaknya.
SyairAbu Nawas berikut juga dikenal dengan sebutan i'tiraf. Syair berisi tentang doa permohonan maaf kepada Allah SWT atas dosa yang pernah dilakukan. Simak lirik lengkapnya tulisan Arab, latin . 228 390 472 392 110 275 64 478

syair abu nawas sebelum meninggal